Rasulullāh صلى الله عليه وسلم bersabda,
(أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ (يَعْنِيْ الْمَوْتُ
Transliterasi: Aktsiru dzikra hadzimil ladzzaati (ya’ni al-Mauwt).
Terjemah: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian).” – Hasan Shahih: H.R. Ahmad (II/ 293), At-Tirmidzi nomor 2307, dan Ibnu Majah nomor 4258, An-Nasa’i (IV/ 301), dari Shahabat Abu Hurairah رضى الله عنه (dinukil dari buku “Waktumu Dihabiskan untuk Apa”, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas)
Dengan membaca, mengetahui, dan merenungi hadits pendek yang berbicara tentang mengingat kematian tersebut, niscaya seorang muslim tidak akan berlebihan dalam menikmati kesenangan dunia. Dan dia pun akan lebih peduli dengan keadaan saudara muslimnya yang lain, baik yang dekat maupun yang berada di negeri jauh.
“Mendekatlah Nak, biar aku memelukmu.”
“SubhanAllah! Abi (ayah), mengapa dirimu penuh dengan peluh sementara matamu memerah? Apa ini disebabkan oleh ku?”
“Tidak Nak, sekali-kali tidak. Aku banyak bersyukur kepada Rabbul ‘Alamin (Tuhan pengendali semesta alam) yang telah menjadikanmu sebagai gadis kecil yang shalihah. Aku begini, sebab teringat saudara-saudaramu di Syam dan di negeri-negeri jihad lainnya. Ya, mereka sebaya denganmu.”
“Lalu ada apa dengan mereka?”
“Aku teringat tatkala mereka menahan lapar dan mengantuk, kemudian terlelap dengan nyenyak di dalam pelukan ibu-ibu mereka. Namun sekejap mereka terbangun di balik reruntuhan bangunan, berteriak-menangis-serak sebab rongga mulutnya dipenuhi dengan serpihan kaca dan pasir, dahi mereka dipenuhi sayatan lebar yang menganga, menahan beban di antara punggung dan dada, menahan rasa sakit di dalam tubuh mereka yang mungil.
Mereka terus menangis sampai datang orang-orang yang mengangkat mereka dari balik reruntuhan bangunan yang hancur, dihujani bom tentara Salib. Dan mereka terus menangis, selama perjalanan menuju rumah sakit, mereka terus menangis – mereka terus menangis. Sampai mereka diletakkan di atas matras, yang tidak empuk tidak pula keras. Kemudian mereka berhenti menangis.”
“Apakah para dokter telah mengobati mereka?”
“Tidak Nak, mereka berhenti menangis untuk selamanya.”
Foto:
- Syria City Ruins. Foto dinukil dari: urbanghostsmedia.com
Alhamdulillah. Anda telah selesai mengkaji sebuah konten ilmiah. Bacalah doa berikut ini: |
Doa Kafaratul Majelis: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ “Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau, aku meminta ampunan dan ber-taubat kepadamu.” |
Hadits Pendek tentang Menunjukkan Kebaikan: Beri kesempatan bagi orang lain untuk membaca konten ini dan turut dalam kebaikan. مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." - Shahih Muslim nomor 1893. |
Konten Asli ![]()
|
Tulisan ini memuat featuring image. Sumber: Kontributor. |
Agar terus menghasilkan konten yang kredibel, dukung kami dengan follow akun Instagram TemanShalih |
- Saat ini anda tengah membaca konten asli;
- Apabila anda menukil atau membuat materi turunan di-dan-untuk website lain, sepatutnya menulis URL aktif sebagai rujukan;
- TemanShalih.Com proaktif melakukan monitoring terhadap konten-konten yang telah terbit.
Jazakumullah Khayran.